CERPEN
Ini cerpen pertamaku. Bikin cerpen yang menarik itu susah. banyak yang harus ditentuin:
1. Tema
2. Alur : maju/mudur/campuran
3.Sudut pandang : orang pertama (aku)/orang ketiga (nama tokoh/dia)
4. Tokoh dan penokohan
5.Judul yang menarik
nah.. gue dapet tugas bahasa indonesia suruh bikin cerpen tapi dari pengalaman sendiri. Cerpen gue judulnya "ALUNAN HIDUP" tapi bukan pengalaman gue ceritanya bocah itu ditinggal sama ketiga orang yang penting, dia hidup sebatang kara tapi ada orang baik yang mau nolongin lebih lengkapnya baca cerpen dibawah ini :)
ALUNAN HIDUP
Oleh : Inas Azmi Auliannisa
Pernah ku katakan; malam ialah puncak rindu paling megah, sebab disana kecemasan-kecemasan gemar mendesah dan sepasang matanya yang basah. Luna gadis cantik, dia sangat merindukan lelaki yang selalu membelanya, menjaganya, mencintainya dan seorang perempuan yang merawatnya dengan lembut, mengorbankan semuanya untuk dia siapa lagi kalau bukan ayah dan ibunya, kedua orangtuanya meninggal saat umurnya 8 tahun sekarang dia duduk dibangku SMA kelas tiga. Luna hanya tinggal berdua bersama simbahnya di rumah yang sederhana. Simbahnya yang sudah tua, kulit yang berkeriput, tubuhnya yang bungkuk, dan telapak kakinya yang kasar dan pecah-pecah karena selalu meningjak bebatuan tanpa alas kaki, mata pencaharianya hanyalah pejual pecel dan puli tempe. Simbah mengetuk pintu kamar Luna.
“Sudah tidur belum nduk?’’ tanyanya dengan suara yang serak dan batuk-batuk.
“Belum mbah” jawab Luna sambil mengusap air matanya. Simbah berjalan masuk dengan tubuhnya yang bungkuk.
“Kok belum idur nduk? Kok seperti habis menangis?” tanyanya heran
“Enggak mbah tadi kelilipan debu” jawabnya mengelak.
“Ya sudah sekarang kamu tidur aja nduk,besok simbah mau pergi lama tak usah dicari” ujar simbah
“loh mau kemana mbah?” Tanya luna.
Tanpa sepatah kata simbah keluar dari kamar Luna. Dia menarik selimutnya dan terbaring di tempat tidur,ditangan kananya terdapat sepotong foto keluarga yang dipegangnya sambil berkata “Untuk apa manusia membuat jam bila kebahagiaan dan kesedihan tidak pernah tepat waktu” Dia pun memejamkan mata dan terlelap tidur.
Sepertiga malam Luna terbangun dari tidurnya yang telah dikerjai mimpi. Dia berjalan menuju padasan, selangkah,dua langkah dan banyak langkah dia sampai dan mengambil air suci untuk wudhu, Luna melaksanakan sholat tahajjud hal-hal berat dalam hidupnya yang tak mampu lagi dia tahan, dia ceritakan kepada tuhan, mengadu bahwa dia butuh pelukan, 2 jam berlalu adzan subuh sudah berkumandang tak lupa Luna melaksanakan shalat wajibnya.
Setelah berpamitan Luna berangkat ke sekolah dengan sepeda kesayanganya walaupun setiap dikayuh sepeda itu berirama. Sesampainya di sekolah Luna bertemu dengan tiga sahabatnya Dila,Mila, dan Nisa. Bel masuk berbunyi raut muka yang tadinya ceria kini berubah menjadi kesal karena harus melewati pelajaran matematika dengan guru killer.
“Selamat pagi, yang tidak mengerjakan PR hari ini silahkan keluar” kata bu meli
“Selamat pagi buk”
“jon kamu ngerjain PR nggak?” Tanya bu meli
“Yaa.. iyaa lah bu” jawab joni
“iya apa jon?”
“iya nggak ngerjain lah bu” Jawab joni dengan ekspresi pemuda tanpa dosa.
“Kamu nggak dengar perintah saya tadi?”
“Ya enggak lah bu orang tadi saya pakai earphone” jawab Joni santai.
“Sekarang kamu keluar sambil ngerjain PR 20 kali habis pelajaran harus sudah selesai!” ucapnya dengan ganas, darahnya sudah naik sampai ujung ubun-ubun.
Joni berjalan keluar dengan santai dan menghiraukan hukuman yang bu meli berikan.
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Luna mengambil sepedanya. Sesampainya di depan rumah dia memandangi rumahnya dengan tatapan nanar, setetes, dua tetes air matanya pun jatuh setelah melihat bendera kuning di depan rumahnya, sepedanya dijatuhkan begitu saja, tubuhnya lemas dan terjatuh ditanah dan berkata “Tuhan ajari aku tidur , seperti dulu menemuimu di rahim ibu”.
Setelah kepergian simbahnya dia larut dalam kesedihan,keterpurukan,putus asa karna hidupnya hanyalah sebatang kara, ketiga orang yang dicintainya telah diambil oleh-Nya,Sebenarnya kita itu abadi waktu yang fana, kita hanya melewati perbedaan dunia.Selain rasa sakit yang Luna rasakan,ia hanya mampu menurunkan hujan dari kelopak matanya. Dila,Nisa,dan Mila mengetahui hal ini mereka segera mengunjungi Luna.
“Asallamualaikum kamu ada di dalam gak Lun?” Tanya Dila. Tak seorang pun menjawab salamnya.
Mila mencoba membuka pintu gedek rumahnya yang tak dikunci, mereka berjalan memasuki kamar Lunayang hanya ditutupi oleh tirai.
“Luna kamu harus iklhas dan tabah menjalani cobaan ini karna semua yang bernyawa pasti akan mati Luna”. Kata Nisa
“Iya Lun bener kata Nisa, kamu kan masih punya kita” Ujar Mila
“Dunia ini membenciku” oceh Luna dengan tatapan kosong.
“Kalau kamu berkata dunia ini membencimu dan tidak ada yang mengerti kesedihanmu berarti kamu sedang menengok kearah yang salah” sahut Nisa.
Sekarang dia sadar hidup ini bukan untuk berputus asa,hidup adalah perjuangan,ketika berpisah kita masih mempunyai masalalu dalam bentuk kenangan walau kadang rindu sering menghampiri.Satu tahun kemudian Luna meneruskan jenjang pendudukan lebih tinggi sebagai mahasiswa karena mendapat beasiswa pintar. Luna kuliah sambil bekerja paruh waktu untuk mencukupi hidupnya. Waktu dia SMA dia selalu diberi sebungkus nasi putih dan segelas es teh manis dari ibu dan bapak yang berada di warung padang yang sampai saat ini Luna belum tahu namanya begitu juga bapak dan ibu itu tidak mengetahui nama gadis yang mereka beri makan dan minum, bapak dan ibu itu sudah cukup tua ingatannya pun tidak begitu kuat.Setelah kuliah Luna menjadi seorang dokter.Luna semakin dewasa semakin cantik nan manis,hidupnya lebih terawat banyak orang yang hampir tak mengenalnya jika bertemu dengan Luna.
Ada sepasang suami istri datang, suami dengan raut muka gelisah dan istrinya yang sakit sakitan. Mereka pun menemui Luna
“Bagaimana dok apa istri saya bisa disembuhkan?”
“Bisa tapi salah satu jalan keluarnya adalah dioprasi”. Jawab Luna.
“Apa tidak bisa dok selain dioprasi?, apakah pembayaranya bisa diangsur setelah oprassi?” Tanya bapak itu dengan raut muka gelisah,ia akan mendapatkan uang darimana untuk biaya oprasi, tapi baginya istrinya adalah prioritasnya tanpanya dia merasa bagaikan hidup sendiri dan dunianya telah berakhir, siapa yang akan membuatkanya secangkir kopi yang lezat di pagi hari dan diracuni oleh cinta dan kasih sayang dari tangan seseorang yang dicintanya.
“tidak pak jalan satu-satunya dengan doprasi, masalah pembayaran bisa diurus belakangan pak”
Setelah beberapa hari dirawat perempuan itu akhirnya dioprasi,oprasinya pun berjalan lancar. Suami ibu tersebut dipanggil oleh Luna.
“Ini dok uang biaya oprasi tapi baru setengahnya saja”sambil memberikan kertas amplop coklat, dia tahu dia dipanggil oleh Luna untuk memenuhi pembayaran oprasi istrinya.Tetapi Luna pun menolak amplop itu dan memberikan secarik kertas kepapa bapak itu dengan senyuman indah dan manis, bapak itu pun membuka dan membaca kertas itu lalu tersenyum.surat itu bertulisan:
“TERIMAKASIH UNTUK SEGELAS ES TEH MANIS DAN SEBUNGKUS NASI PUTIH”.
Nah itu diatas cerpen karya gue. kalau jelek maaf ^^
Thx for reading ^^
Comments
Post a Comment