Pada Akhirnya
Pada akhirnya orang yang dulu ku sia-siakan menghilang dan pergi karna ulahku sendiri. Pada akhirnya aku merindukan orang itu aku merindukan perhatianya, tutur alusnya, kata manisnya dan suaranya. Entah mengapa aku begitu merindumu. Orang lain berkata rindu itu indah karna bisa mendekatkan hubungan mereka tapi bagiku rindu itu menyiksa apalagi rindu yang seperti ini jangankan menemuinya mengungkapkan saja tidak bisa jika sudah seperti ini hanya bisa memendam rindu, memendam sampai rasa itu pergi.
Pada akhirnya aku hanya mengaguminya dari jauh melihat tingkahnya dari balik jendela kelas dan mengetahui kabarnya dari temannya, sungguh ironis dulu dia yang mengejarku sekarang aku yang mengejarnya. Yang aku bingungkan mengapa rasa itu muncul setelah dia pergi? Mengapa rindu ini bergejolak dan sangat menginginkan kehadiranya? Apakah aku mendapatkan karma dan baru sadar saat sudah kehilangan seseorang? Ternyata hidup itu adil.
Pada akhirnya kamu yang dulu menyempatkan waktu untuk mencari kabarku, mencari tahu bagaimana tetang hariku, selalu berpamitan jika ingin pergi tapi aku mengabaikan semua itu. Aku membalas pesan singkatmu dengan sikap Acuh, aku beda denganmu. Aku selalu tak ada waktu untukmu, tak pernah berpamitan jika mau pergi sehingga kau mengirim pesan singkat yang banyak dan menelfonku berulang-ulang kali dulu aku menganggap itu brisik tapi sekarang aku merindukan kebrisikan itu.
Pada akhirnya tidak ada ucapan selamat sore,pagi, dan malam. Tidak ada perhatian darimu. Tidak ada candaanmu. Tidak ada lagi pujianmu untukku. Semua itu sudah tidak ada lagi. Sekarang yang ada hanya penyesalan yang bercampur rindu. Mungkin tiada hari tanpa merindumu karena saat ini aku hanya bisa merindumu dan memendam rindu itu. Ini sangat menyakitkan tapi lukamu dulu pasti lebih menyakitkan. Sakit yang kurasakan belum seberapa dari luka dihatimu yang telah ku perbuat.
Pada akhirnya dia menitipkan hatinya pada perempuan lain, perempuan yang lebih memahaminya, memperhatikanya, menjaganya dengan hati, dan perempuan yang sangat lebih baik dariku. Tidak seperti aku, aku ini perempuan yang kasar, tertawa sampai lepas, tidak bisa menghargai perjuanganmu, tidak cantik dan tidak berpenampilan dengan baik, berdandan saja aku tidak bisa, dan masak pun masih belajar. Perempuan sepertiku ini tidak pantas untukmu. Kau yang telah mengubahku menjadi perempuan lebih baik. Aku sekarang lebih memperhatikan penampilan dan diriku aku juga memperhatikan tutur kataku. Aku harus bisa menghargai orang lain. Aku kagum padamu kau mencintai keanehanku dan kekuranganku tapi kau melarangku untuk tidak memelihara sifat burukku.
Pada akhirnya aku hanya bisa menyesali semua perbuatanku padamu. Dulu sebelum pergi kamu berkata "Mungkin kau tidak bahagia bersamaku, carilah yang lain saja" tapi sekarang aku ingin bersamamu karna bahagia itu kita yang buat bukan orang lain. Tapi sekarang kamu sudah menuliskan cerita cintamu sendiri. Sekarang aku harus berjuang melupakanmu, ikhlas dengan semua yang telah terjadi, andaikan bisa ku ulang aku akan memperbaiki sifat burukku padamu dan tak mungkin aku menunggumu apalagi sudah punya kekasih. Menunggu itu ada batasnya. Ada kalanya dalam hidupku aku ingin sendiri bercerita kepada angin menceritakan semua yang ada dalam batin lalu meneteskan air mata penuh penyesalan. Inilah hidup mlihat orang datang dan pergi.
Comments
Post a Comment