MANUSIA YANG DITELAN TANAH
Suara sudah terdengar dari kejauhan
Suara itu membuat orang orang berdiri dari tempat duduknya
Mobil putih dan bersuara telah sampai depan rumah
Orang berbondong bondong menyambut raga yang tak bernyawa
Raga itu kaku, bibirnya pucat, tidak lagi merah menawan
Suara tangisan terisak isak mulai terdengar
Aku benci suara itu
Aku tidak suka mobil itu.
mobil itu hanya membawa kesedihan.
Dibawanya raga itu menuju pemandian
Banyak orang menantikanya
Mereka menantikan saat saat memandikan raga itu
Memandikanya dengan wajah yang berlumuran air mata
semua orang menyentuhnya dengan lembut
Karena itu sebagai sentuhan terakhir
sentuhan perpisahan,
Raga tak bernyawa itu bernama jazad
Jazad itu kembali suci setelah dimandikan
Seperti awal mula saat terlahir kedunia
Datang dengan keadaan suci
Pergi dengan keadaan suci
Lalu badanya serta wajahnya yang rupawan dibungkus dengan berlapis lapis kain
kain yang tebal. berwarna putih
diikat pula dengan tali warna putih
Ah, sial. lagi lagi warna putih
satu orang yang masih remaja masih bertanya tanya
"Mengapa dia pergi secepat ini?"
"Kenapa dia mati tanpa berpamitan kepadaku?"
"Kenapa aku tidak diberitahu sedikitpun tentang ayahku?"
"Aku harus bagaimana?"
"Aku tidak mengerti, tolong jalaskan kepadaku"
Dia bertanya sambil tersedu sedu karena tidak kuasa menahan tangisanya
Tapi tidak ada yang menjawabnya
Semua orang disalahkan olehnya
Semakin lama banyak orang berdatangan
Tangisan semakin kencang
Semua orang merasa ditinggalkan oleh jazad itu
Sahabat karib, kerabat, bahkan musuh sekalipun datang
Mereka datang dengan wajah kusut, lesu, sedih.
Tidak satupun orang tersenyum saat itu.
Jazad itu dinaikan ke kereta jawa namanya
Rodanya empat berwujud manusia
Ditutupi kain hijau yang bertulisan arab
Dibawanya jazad itu ke rumah terakhirnya
Lalu, jazad itu detelan oleh tanah
Bunga ditabur taburkan diatas tanah yang telah menelan jazad itu
Hari hari berlalu
Bocah remaja itu mulai sadar
Bahwa, kesalahan terbesar itu teletak pada dirinya sendiri
Mengapa waktu itu dia hanya sibuk dengan dunianya
Dia menyesal setengah mati karena tidak bisa melihat saat saat terakhir ayahnya menghela nafas
Ah, sial sekarang selain mobil yang bersuara itu yang aku benci
aku juga benci diriku sendiri.
Comments
Post a Comment