SESEORANG DIBENTUK DARI SERANGKAIAN KEJADIAN YANG TELAH DILALUI

Manusia terlahir di dunia untuk diuji.

Manusia diberkahi panca indera untuk bisa merasakan dan melihat apa yang terjadi.


Seperti itulah takdir manusia, setelah menemui berbagai orang aku merasakan ada yang berbeda dari diriku. Mulai dari fisik, banyak orang-orang bercerita mengenai produk kecantikan apa yang mereka gunakan, akhirnya aku mencoba. Mulai dari penampilan, banyak orang menunjukan baju terbaru yang sedang digemari oleh orang-orang aku pun ikut mencoba. Tetapi, perubahan besar dari diriku adalah bukan apa yang terlihat, tapi perubahan yang dapat dirasakan. 

Berbagai kejadian telah aku lalui, aku pernah merasakan susah, senang, bahkan mati rasa. Bertemu banyak orang mengajarkanku banyak hal. Bisa dikatakan aku adalah orang yang melankolis, aku adalah orang dengan pikiran liar bahkan pikiran bisa menguasaiku, dan aku adalah orang yang tidak suka menjelasakan kondisi hidupku ke orang lain secara gamblang.

Mulai dari mimpi yang harus ditukar dengan impian lain yang lebih realistis, kemudian teman yang tidak selalu mengerti apa yang aku rasakan, bahkan orang terdekatku juga memberikanku banyak hal perubahan.  

Mimpi, membicarakan mengenai mimpi aku adalah orang yang terorganisir, membuat rencana disetiap langkah dan selalu menyiapkan rencana lain. Tetapi, mimipi banyak yang tak tercapai, di satu sisi aku terus ditekan oleh keadaan supaya dapat mencapai mimpi iti. Lalu merenungi, apa sebenarnya mimpi? Ini mimpiku atau orang lain? Apakah mimpi itu hanyalah sebuah bintik kecil yang menjadikan orang ambisius? Apa bedanya mimpi dengan harapan? Ketika aku banyak berharap dan mendambakan sesuatu ternyata itu membuatku sedih dan menyesal. Mengapa demikian?

Manusia, orang-orang saling bergantung, begitupun aku. Aku senang ketika menjadi tempat bergantung orang-orang, aku merasa bisa memberikan manfaat bak pohon inang yang senantiasa rela menjadi tempat hidup tumbuhan lain. Tapi kenapa ketika aku sudah memberikan air dan berbagi giziku, mereka tidak memberikan airnya untukku ketika aku sedang di masa sulit? Aku kekeringan, aku membutuhkan air tetapi mereka tidak memberikan sedikitpun kepadaku, dan pada akhirnya aku harus mengorek-ngorek tanah untuk mencari sumber air sendiri. Aku senang mendapatkan air dan ketika meminta tetap aku kasih, tetapi kenapa saat aku memberi yang kedua kalinya aku kurang merasakan kebahagiaan seperti awal mula? Apa aku kurang iklas karena mereka tidak memberiku air? Apakah air yang kuberi akan berkah apabila memberi dengan rasa kurang iklas? Pertanyaan itu semakin membuatku kacau, aku hanya membutuhkan mereka di saat aku benar-benar di titik terendah.

Merenung dengan perbuatanku, ternyata kejadian-kejadian itu yang membuatku berubah.Aku mulai menghargai diriku sendiri dengan memberikan air seiklasku kepada tumbuhan lainnya, tidak ingin berlebihan, aku hanya ingin membantu dengan ikhlas tanpa pamrih. Aku memberikan porsi banyak kepada tumbuhan lain yang menghargaiku dan kepada tumbuhan yang tidak menghargaiku aku berikan porsi sedikit, setidaknya mereka bisa tetap hidup.

Aku juga menyadari bahwa hidup adalah tentang menerima apa yang terjadi dan tidak terlalu mengharapkan apa yang belum terjadi. Menjadi pribadi yang ikhlas dengan segala keputusan tuhan adalah hal yang terbaik yang bisa kijalani sampai saat ini. Aku masih punya mimpi, aku selalu membuat rencana, tapi aku tidak ingin mengharapkan secara berlebihan terhadap mimpiku dan manusia. 

Apakah aku akan tetap berpikir seperti ini untuk kedepannya? Jawabannya adalah belum tentu. Entah apa yang akan terjadi di esok hari, serangkaian kejadian akan membuatku berubah ke versi yang lebih baru.


Menurut kalian, kenapa kalian bisa berubah di posisi sekarang? Apa kejadian yang kamu lalui sehingga marubahmu sampai detik ini?


Comments

Popular posts from this blog

MENGABADIKAN ala OPPO F1 Plus

ARTIKEL INVESTASI

KISAH ITU MENJADI RUMIT